Tulungagung,Detikindo24.com -Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung menegaskan, Pihaknya belum dapat menyimpulkan kepastian penyebab kasus dugaan keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Boyolangu.
Meski hasil awal menunjukkan adanya indikasi bakteri, tim kesehatan masih menunggu hasil lengkap pemeriksaan laboratorium dari beberapa lembaga terkait. Pernyataan ini disampaikan Plt. Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung, Anna Sapti Saripah, saat diwawancarai wartawan di kantor Dinas Kesehatan Tulungagung, Selasa (14/10/2025).
“Biasanya penyelidikan seperti ini memerlukan waktu lebih dari satu minggu. Temuan awal kami belum bisa disimpulkan karena seluruh data dan hasil laboratorium masih kami kumpulkan,” ujar Anna dengan tegas.
Menurut Anna, tim Dinas Kesehatan melakukan investigasi menyeluruh di lokasi kejadian. Penyelidikan mencakup wawancara dengan siswa yang sakit maupun yang sehat, serta pihak sekolah dan penyedia makanan dari SPPG (Satuan Pemberi Pangan Gizi).
Kami tidak hanya memeriksa siswa yang sakit, tapi juga yang sehat, termasuk guru dan pihak penyedia makanan. Semua data harus lengkap agar simpulan nanti benar-benar akurat,” jelasnya.
Selain itu, sampel makanan dan minuman MBG turut diambil untuk diuji, meliputi nasi kuning, ayam, telur, timun, tomat, dan susu. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), RSUD dr. Iskak Tulungagung, serta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya.
Dari hasil awal pemeriksaan di rumah sakit, ditemukan adanya bakteri dalam tubuh beberapa pasien. Namun, Dinas Kesehatan belum dapat memastikan apakah bakteri tersebut berasal dari makanan MBG atau sumber lain.
Memang ditemukan bakteri dalam hasil laboratorium, tetapi belum bisa dipastikan sumbernya. Kami tetap menunggu hasil kompilasi dari seluruh laboratorium,” kata Anna.
Beberapa pasien diberikan antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan medis yang menunjukkan adanya infeksi bakteri. “Pemberian antibiotik dilakukan sesuai SOP. Tapi kami belum bisa menyimpulkan bahwa bakteri itu berasal dari makanan MBG,” tambahnya.
Data sementara Dinas Kesehatan mencatat 68 siswa mengalami gejala keracunan, mayoritas berasal dari SMPN 1 Boyolangu. Sebagian besar pasien telah dipulangkan, sementara sekitar sembilan siswa masih menjalani perawatan lanjutan untuk menuntaskan masa pengobatan antibiotik.
Yang masih dirawat sekitar sembilan siswa. Kondisinya membaik dan dalam pemantauan ketat tenaga medis,” jelas Anna.
Menindaklanjuti kejadian tersebut, operasional SPPG penyedia makanan MBG di Boyolangu dihentikan sementara sejak 14 Oktober 2025. Langkah ini diambil sebagai bentuk kehati-hatian sambil menunggu hasil investigasi resmi.
Informasi yang kami terima, operasional SPPG dihentikan sementara. Kami tidak bisa memastikan sampai kapan, karena kewenangan itu berada di pihak penyelenggara MBG,” ujar Anna.
Dinas Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan Satgas Penanganan MBG Tulungagung untuk melakukan evaluasi dan menyusun langkah mitigasi awal agar kejadian serupa tidak terulang.
Plt. Kadinkes Anna Sapti Saripah menegaskan bahwa pihaknya bekerja dengan prinsip ilmiah dan kehati-hatian, tidak akan membuat kesimpulan tanpa data valid.
Kami tidak akan terburu-buru menyimpulkan penyebab sebelum semua hasil laboratorium dan data lapangan kami terima. Keselamatan dan kesehatan anak-anak adalah prioritas utama,” tegasnya.(Ft)





