Keutamaannya dan Bacaan Shalawat Farah

Nasional45 Dilihat

Redaksi,detikindo24.com – Umat Islam dianjurkan untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dan salah satu shalawat adalah shalawat Farah, atau bisa juga diartikan dengan shalawat kebahagiaan, sebagaimana arti dari kata farah itu sendiri.

Sebagaimana shalawat pada umumnya, shalawat Farah merupakan bacaan yang berisikan doa dan pujian kepada Nabi Muhammad. Hal itu sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan kepadanya. Selain karena telah sukses membawa ajaran Islam dengan penuh rahmat, juga sebagai pujian kepada satu-satunya makhluk paling mulia di sisi Allah SWT.

Berikut teks, transliterasi dan arti dari shalawat Farah:

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلَّذِيْ مَلَأْتَ قَلْبَهُ مِنْ جَلَالِكَ، وَعَيْنَهُ مِنْ جَمَالِكَ، فَأَصْبَحَ فَرَحَا مُؤَيَّدًا مَنْصُوْرًا، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadinil ladzi mala’ta qalbahu min jalalika wa ‘ainahu min jamalika fa ashbaha farahan muayyadan manshuran, wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallim tasliman katsiran.

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad, yang telah Engkau penuhi hatinya dengan keagungan-Mu, dan Engkau penuhi matanya dengan keindahan-Mu sehingga beliau menjadi bahagia, dikuatkan, dan dibantu. Limpahkan pula rahmat kepada keluarga dan para sahabat beliau. Berilah mereka semua keselamatan yang berlimpah.

Penulis Shalawat Farah

Dalam catatan Imam Abul Qasim Ali bin Hasan bin Hibbatullah, yang sangat masyhur dengan sebutan Imam Ibnu Asakir (wafat 571 H), Syekh Abu Abdillah an-Nu’man merupakan salah satu ulama tersohor abad ketiga hijriyah. Ia dilahirkan pada tahun 336 di Baghdad, dan ada juga yang mengatakan pada tahun 338 H.

Syekh Abdullah an-Nu’man terlahir dari sosok orang tua ahli ibadah yang sangat taat dan memiliki pemahaman ilmu yang sangat luas. Di bawah bimbingannya, ia tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas dan tangkas, bahkan semua pelajaran yang diajarkan orang tuanya berhasil ia paham dan hafal dengan mudah.

Menginjak usia dewasa, Syekh an-Nu’man melanjutkan rihlah intelektualitasnya kepada para ulama tersohor yang ada di Baghdad. Kepada mereka ia belajar banyakcabang ilmu syariat, mulai dari tauhid, fiqih, tafsir, hadits, termasuk ilmu tasawuf. Setelah rihlah keilmuannya dianggap selesai, ia pulang untuk mengajarkan apa yang telah diperoleh. Hanya saja, Syekh an-Nu’man lebih senang dengan ajaran tasawuf, sehingga memilih menyendiri dan menghindar dari keramaian. Sesekali memberi nasihat kepada masyarakat dan mendidik mereka, namun lebih sering menyendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam kesendiriannya, ada dua motif bacaan yang sering terucap dari Syekh an-Nu’man menurut Imam Ibnu Asakir, (1) zikir; dan (2) shalawat. Dua bacaan tersebut selalu menghiasi lisannya. Dengan keduanya pula, keimanan pada Allah dan mahabbah-nya kepada Rasulullah sangat tampak. Bahkan, ia berhasil menulis salah satu shalawat yang sangat masyhur, yaitu shalawat Farah atau shalawat an-Nu’mani. (Ibnu Asakir, Tarikhu Dimisyqa (Damaskus), [Beirut, Darul Fikr: 1995], 6, halaman: 117).

Keutamaan Shalawat Farah

Sebagaimana jamak diketahui, shalawat memiliki banyak keutamaan dan fadilah, di antaranya, orang yang membaca akan mendapatkan pahala dari Allah dan akan memiliki jaminan syafaat dari Rasulullah kelak di hari kiamat. Selain itu, masing-masing dari setiap shalawat memiliki keistimewaan dan keutamaan secara tersendiri, termasuk shalawat Farah.

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan keutamaan shalawat yang satu ini. Menurutnya, orang yang istikamah memperbanyak membaca shalawat ini, akan bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan mendapatkan kebahagiaan. Dalam kitabnya disebutkan:

مَنْ صَلَّى بِهَا فَأَكْثَرَ، رَأَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَالَ سُرُوْرًا وَنَصْرًا عَزِيْزًا

Artinya: Barang siapa bershalawat dengan shalawat Farah, kemudian memperbanyak (membacanya), maka akan bermimpi dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mendapatkan kebahagiaan, dan pertolongan yang kuat (dari Allah). (Sayyid Muhammad, Syawariqul Anwar min Ad’iyatis Sadatil Akhyar, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 2010], halaman: 207).

Artikel diambil dari: Shalawat Farah: Sejarah, Penulis, dan Keutamaannya Demikian penjelasan singkat perihal sejarah, penulis, dan keutamaan shalawat Farah. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa istiqamah dalam membacanya, serta bisa dipertemukan dengan Rasulullah sekalipun dalam mimpi. Juga selalu mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat, amin.

Tinggalkan Balasan