BLITAR,detikindo24.com – Sosok Mayat Perempuan, ditemukan meninggal dunia dengan kondisi mengambang dan tersangkut kayu pinggir sungai.
Mayat yang diketahui bernama Septianasari (21), warga Desa Pagerwojo, Kesamben, pertama kali ditemukan oleh pencari ikan bernama Suwoko (37) Desa Pohgajih, Selorejo, Kabupaten Blitar dan mayat itu diduga korban bunuh diri yang menceburkan ke sungai.
“Iya benar (penemuan mayat), ada laporan dari Polsek Selorejo bahwa korban ditemukan tersangkut kayu di pinggir sungai. Penemuan mayat korban itu sekitar pukul 10.00 WIB,” terang Kasi Humas Polres Blitar Iptu Udiyono saat dikonfirmasi,Kamis (23/3/2023).
Udiyono menyebut korban ditemukan pertama kali oleh pencari ikan. Suwoko (37) alias saksi yang sedang mencari ikan melihat sesosok mayat yang tersangkut kayu di pinggir sungai Brantas. Saksi pun memanggil rekannya yaitu, Susanto (50) untuk mengecek mayat tersebut. Keduanya pun mengangkat mayat korban dari sungai.
“Setelah dibawa ke permukaan, saksi melapor ke Polsek setempat. Petugas dan tim inafis dari Polres Blitar pun segera menuju lokasi untuk evakuasi dan identifikasi,” katanya.
Petugas tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Perhiasan korban berupa cincin dan anting masih lengkap. Korban diperkirakan meninggal sekitar 5 jam sebelum ditemukan.
Korban diduga bunuh diri dengan melompat ke sungai. Hal itu berdasarkan keterangan keluarga, yang menyebut korban mengalami depresi. Selain itu, korban sempat mengaku kerap mendapatkan bisikan gaib untuk bunuh diri.
“Dari keterangan keluarga korban depresi selama dua bulan terakhir, mengaku sering mendapatkan bisikan untuk bunuh diri. Kemungkinan penyebab kematian korban karena depresi,” jelasnya.
Menurut Udiyono, suami korban juga sempat melapor ke perangkat Desa karena korban meninggalkan rumah sejak satu hari yang lalu. Namun, korban telah ditemukan dalam keadaan telah meninggal.
Jenazah korban sudah diserahkan kepada keluarga untuk proses pemakaman. Keluarga juga tidak menghendaki jenazah korban dilakukan autopsi, dan menerima itu sebagai musibah.